Batu Bara | Radar007.co.id –
Gemerlap lampu dan riuh musik pasar malam kembali membius warga di Lapangan Sei Bejangkar, Kecamatan Sei Balai, Selasa (23/09/2025).
Namun di balik nostalgia dan geliat ekonomi rakyat, tersimpan borok yang makin sulit ditutupi: praktik perjudian berkedok hiburan, wahana maut tanpa standar keselamatan, pungli, hingga pembiaran aparat.
Pasar malam, yang semestinya menjadi ruang nostalgia dan penggerak UMKM, kini justru menjelma menjadi “anomali” yang kian meresahkan.
Pertanyaannya: sampai kapan pemerintah dan aparat penegak hukum (APH) terus menutup mata, membiarkan tradisi ini berubah jadi ladang masalah ?
Wahana Maut: Nyawa Pengunjung Jadi Taruhan
Di balik tawa dan gemerlap, nyawa pengunjung dipertaruhkan. Sejumlah wahana reyot, berkarat, dan tanpa standar keamanan tetap beroperasi bebas. Anak-anak hingga remaja dipertontonkan “atraksi maut” tanpa ada jaminan keselamatan. Ironisnya, izin jalan terus, PAD masuk, sementara risiko dibiarkan menggantung.
“Siapa yang bisa jamin anak kami aman naik wahana itu? Kalau rusak dan makan korban, siapa bertanggung jawab?” keluh seorang warga.
Judi Ketangkasan: Hiburan atau Mesin Hisap Uang?
Lapak-lapak “judi ketangkasan” kian menjamur, memikat warga dengan iming-iming hadiah. Mekanismenya nyaris sama dengan perjudian: menguras kantong dengan harapan kosong. Tragisnya, aparat seolah memilih bungkam, seakan ada “restu diam-diam” bagi praktik haram ini.
Pertanyaan tajam pun muncul: apakah aparat benar-benar tidak tahu, atau pura-pura tidak mau tahu?
Pungli, Konflik Pedagang, dan Lingkungan yang Dikorbankan
Pedagang lokal pun merintih. Mereka kalah bersaing dengan pedagang luar bermodal besar, sementara pungli oleh oknum tertentu makin mencekik. Sampah berserakan, kebisingan tak terkendali, hingga macet parah jadi menu rutin setiap malam.
Pasar malam, yang semestinya menyatukan rakyat dan budaya, kini malah menambah beban sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Inovasi Tanpa Penegakan Hukum = Kosmetik Murahan
Meski ada wacana inovasi seperti digitalisasi pembayaran dan konsep tematik, semua itu hanya “lipstik” di wajah pasar malam yang terluka. Tanpa pengawasan ketat dan penegakan hukum tegas, inovasi hanya akan menutupi busuknya masalah.
Kesimpulan:
Pasar Malam di Ujung Tanduk
Pasar malam Batu Bara kini berada di persimpangan: tetap jadi ikon budaya sekaligus penyelamat ekonomi rakyat, atau mati perlahan sebagai sarang judi, pungli, dan wahana maut.
Warga bertanya-tanya: apakah pemerintah daerah berani bertindak, atau justru nyaman dengan PAD yang mengalir, meski nyawa dan moral masyarakat jadi taruhannya?
Reporter : Erwanto/Tim
Social Header
Catatan Redaksi
Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan atau keberatan dengan penayangan artikel dan atau berita, anda dapat juga mengirimkan artikel atau berita sanggahan dan koreksi kepada redaksi kami, sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (11 dan 12) undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email Redaksi atau Hubungi No telpon tercantum di bok redaksi
Link List
Iklan Disini